Tujuh belas agustus tahun ’45, itulah hari kemerdekaan kita…
Ya, setiap tanggal 17 agustus rakyat Indonesia merayakan hari kemerdekaan bangsanya. Dari tahun 1945 hingga saat ini tahun 2010 Negara Kesatuan Republik Indonesia telah merdeka. Kemerdeakaan yang diperolehnya melalui pengorbanan jiwa dan raga oleh para pejuangnya. Kemerdekaan yang diperoleh melalui perang dengan penjajah melalui fisik, pemikiran dan batin. Semuanya dikerahkan secara total dan ikhlas untuk mendapatkan yang namanya kemerdekaan Indonesia.
Tapi apa benar Negeriku Indonesia telah merdeka, telah merdeka secara sempurna, 100%. Sepertinya belum. Sepertinya saat ini Indonesia masih dijajah dan masih berperang. Bukan seperti dulu dijajah oleh bangsa Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda atau pun Jepang melalui melalui fisik. Dengan bedil yang ditodongkan ke kepala kita, dengan meriam yang di hujamkan ke rumah kita ataupun dengan bambu runcing yang kita tusukkan ke dada para penjajah untuk membalasnya. Bukan, bukan dengan itu kita saat ini sedang dijajah dan berperang. Saat ini kita dijajah secara halus dan sangat halus sekali oleh bangsa lain bahkan Negara tetanggga kita sendiri dan kita sedang berperang melawan antar sesama bangsa kita sendiri.
Saat ini kita dijajah dengan dan masih dijajah oleh Negara lain tetapi kita tidak sadar. Coba kita lihat berapa banyak perusahaan asing yang ada di Negeri kita. Ribuan bahkan lebih perusahaan asing dengan istilah menanamkan modalnya “investasi” di Indonesia. Lalu dengan istilah itu kekayaan alam kita semuanya di ambil tanpa tersisa. Sumberdaya manusia Indonesia yang terbaik pun juga dijadikan pekerjanya yang hanya dibayarkan dengan upah yang sangat rendah. Dan pajak yang dipalsukan agar kewajiban mereka bisa dibayarkan dengan sangat rendah. Mustahil jika seperti ini terus Indonesia akan menjadi Negara maju.
Kakayaan alam Indonesia habis semua dikeruk tanpa tersisa, dan hanya meninggalkan lubang-lubang besar bekas eksploitasi batu bara, marmer, emas, dan barang hasil tambang lainnya. Dan bumi kita bolong setelah minyak dan gasnya disedot keluar dari perut bumi Indonesia. Bahkan tidak tanggung-tanggung presiden Amerika Serikat yang sedang menjabat pun langsung datang ke Indonesia untuk meminta presidan Indonesia megalihkan ladang minyak kita untuk dikelola oleh perusahaan asal Negara mereka. Dan keuntungannya masuk ke kas Negara mereka. Apa yang kita dapat, bahan bakar kita hingga saat ini masih import dari luar negeri dan gas sebagai bahan utama pembuatan pupuk untuk para petani habis disalurkan ke pipa-pipa yang langusng disambungkan kenegara-negara meraka yang ber-“investasi” di Negara kita.
Sumberdaya manusia terbaik Indonesia pun masih dijadikan pekerja yang melakukan pekerjaan untuk mereka. Pekerja Indonesia yang hebat hanya dibayar untuk melakukan penelitian, lalu hasil dan keuntungannya dibawa ke Negara mereka. Kita hanya dibayar sepersekian persen dari keuntungan yang mereka dapatkan. Yang pekerja kita dapatkan sangat jauh sekali dari apa yang mereka dapatkan.
Laporan keuangan palsu pun mereka buat, hingga pejabat-pejabat negeri ini pun mereka sodorkan uang kemuka mereka agar segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Mulai dari penggelapan pajak dan cukai, perizinan pembukaan lahan pertambangan baru, pemakaian tenaga kerja kontrak, pembelian saham perusahaan milik Negara, dan masih banyak lagi campur tangan pihak lain yang ingin sekali menguasai Indonesia. Sayangnya kita semua teidak pernah sadar dan tidak pernah mau menyadarkan diri kita akan hal ini.
Memang kita semua tidak sadar, sudah banyak perusahaan-perusahaan yang aslinya milik dalam negeri, tetapi kepemilikan sahamnya sebagian besar sudah dikuasai oleh orang asing. Sebagai contoh, CIMB Niaga, OCBC Nisp, BII, Indosat, Sampoerna dan banyak saham-saham perusahaan terbaik Indonesia yang berada di Bursa Efek Indoneisa yang sebagian besar kepemilikannnya sudah berpindah tangan. Bisa juga kita lihat siapa yang banyak membelia ORI (Obligasi Ritel Indonesia) atau bahasa kasarnya pemerintah berhutang kepada pribadi langsung yang bunganya dibayarkan dari hasil pajak kita selama ini. Kalau kita lihat dijalan raya bahkan didalam rumah kita sendiri, ternyata Jepang masih menjajah Indonesia dengan produk-produk mereka yang membanjir. Indonesia masih dijajah oleh Negara lain bahkan Negara tetangga kita sendiri.
Semua hal diatas sedikit menggambarkan bahwa Negeriku Indonesia masih terjajah, dan saat ini pun kita masih berperang. Ya, kita masih berperang melawan antara sesama kita sendiri. Antara sesama bangsa Indonesia. Kalau kita bisa lihat banyak sekali media masa yang memberitakan adanya perang antara suku, adanya adu fisik antara satu agama dengan agama lain, adanya tindakan arogansi antara pihak penegak hokum dengan rakyat jelata, dan adanya perang antara kebenaran dan kebohongan para pejabat-pejabat tinggi kita. Kita diputar-putar dengan masalah yang itu-itu saja, dari dahulu ketika merdeka hingga kini.
Kita tidak pernah sadar dengan semua ini, dan kita larut mengomentari masalah ini tetapi tidak pernah memberikan solusi. Komentar terus setiap malam hari dan disiarkan keseluruh pelosok negeri. Yang kita butuhkan bukan komentar tetapi tindakan. Tidak akan pernah selesai masalah ini jika hanya bekomentar. Dari keadaan ini secara tidak sadar ada yang bertepuk tangan. Yang bertepuk tangan adalah mereka, Negara yang tidak pernah suka Indonesia menjadi Negara yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Mereka yang tidak pernah suka generasi muda Indonesia menjadi tuan rumah dinegaranya sendiri.
Marilah mulai dari sekarang kita memperbaikinya mulai dari dirikita sendiri. Selesaikan masalah satu-persatu, tengoklah di ujung-ujung negeri kita. Jangan sampai mereka menjadi anak tiri dari ibu pertiwi mereka sendiri.
Suatu waktu pasti kita akan melihat Negara Kesatuan Republik Indonesia akan menjadi Negara yang disegani oleh Dunia...
HOLAPITA
11 tahun yang lalu